Seharusnya Kalian Tahu Esensi dari Mendaki Itu Seperti Apa!!!
Mendaki gunung bukanlah hal aneh. Mungkin bagi orang lain, kegiatan mendaki gunung selalu mengundang
pertayaan klise: mau apa sih kesana ? ga ada kerjaan lain? pertanyaan
sederhana, tetapi sering membuat bingung, atau bahkan membuat kesal. Beragam
jawaban boleh muncul. Soe hok Gie, salah seorang pendiri Mapala UI, menulisnya
dalam sebuah puisi: “Aku cinta Pangrango, karena aku mencintai keberanian
hidup.”
Motivasi mendaki gunung memang bermacam-macam. Manusia mempunyai kebutuhan psikologis
seperti halnya kebutuhan-kebutuhan lainnya: kebutuhan akan pengalaman baru,
kebutuhan untuk berprestasi, dan kebutuhan untuk diakuai oleh masyarakat dan
bangsanya. Mendaki gunung adalah salah satu sarana untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut disadari atau tidak. Semua ini sah tentu saja.
Sebenarnya yang paling mendasar dari semua motivasi itu adalah rasa ingin
tahu yang menjadi jiwa setiap manusia. Anak kecil selalu mengungkapkan rasa
ingin tahu mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang sering membingungkan orang
tuanya. Mereka lebih peka terhadap alam sekitarnya. Mereka jauh lebih mampu
mendalami alam disekitarnya daripada orang dewasa. Kontak dengan alam merupakan
proses belajar yang baik baginya. Ketika mereka dewasa, kepolosan itu menghilang
dan alam tidak begitu menarik lagi di dunia modern seperti sekarang. Kepolosan
itulah yang mungkin kembali pada setiap pencinta alam, petualang, dan ilmuwan.
Rasa ingin tahu adalah dasar untuk mendaki gunung dan petualangan lainnya.
Keingintahuan itu setara dengan rasa ingin tahu seorang bocah, dan inilah yang
mendorong keberanian dan ketabahan untuk menghadapi tantangan alam. Satu hal
yang terus tertanam adalah teruslah berjalan raih puncak tertinggi, tuk menjadi
pejuang sejati. Kata Mahatva begitu lekat dalam hati yang memiliki arti
”pejuang sejati”. Dalam berjalan, Ku temukan suatu rasa yang tak dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan takjub kan keindahan yang telah
diberikan kepadaNya. Lelah ketika perjalanan dan penat menghadapi situasi kampus
yang membosankan sirna sudah ketika harus mendaki meninggalkan hiruk pikuk
permasalahan.
Dalam mendaki kita perlu
mengetahui ilmu-ilmu mengenai kegiatan alam terbuka. Khususnya management
perjalanan, di organisasi inilah kami dibimbing untuk dapat memenage
diri ketika berada di alam terbuka. Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka
adalah “alam tak kenal kata kompromi”, di saat lengah dan takut alam dapat
membunuh seorang petualang atau pendaki. Tapi disinilah Ku temukan seni dalam
mendaki gunung. Keberanian dan ketabahan yang dibutuhkan ketika mendaki gunung
hanya sebagian kecil dari hidup kita. Bahaya yang mengancam jauh lebih banyak
ada di dunia perkotaan ketimbang di gunung, hutan, di dalam gua, atau dimana
saja di alam terbuka. Bayangkan! mobil-mobil yang berseliweran kencang di
jalan-jalan raya dan selalu siap mencabut nyawa kita, Bayangkanlah! aksi-aksi
kriminal yang mengancam di kota-kota. Di dunia peradaban modern, begitu banyak
masalah yang membutuhkan keberanian dan ketabahan untuk menyelesaikannya.
Seorang psikolog pernah
mengatakan, bahwa mereka yang menggemari petualang di alam bebas adalah
orang-orang yang mencintai kematian, amor fati. Ini adalah pendapat yang
sangat keliru, kenapa? karena mereka sebenarnya begitu menghargai kehidupan
ini. Ada keinginan untuk memberi arti yang lebih bernilai dalam hidup. Mereka
bertualang di alam bebas untuk mencari arti hidup sebenarnya. Tak berlebihan
bila seoarng ahli filsafat mengatakan: “Di dalam hutan dan alam bebas aku
merasa menjadi manusia kembali.”
SALAM LESTARI PARA PECANDU KETINGGIAN
0 Response to "Kenapa Mendaki???"
Posting Komentar