Catatan Pasukan Kecil


Dari Tasik ke Cikuray



Sudahkah anda mengunjungi Gunung Cikuray? Kalau belum saya jamin anda pasti menyesal. Banyak yang bilang kalau Gunung Cikuray adalah Semerunya orang Garut atau orang sunda. Karna dari puncak cikuray anda akan disuguhi panorama yang sangat indah. Selain bisa melihat Garut secara luas, pendaki juga akan disuguhi pemandangan samudra diatas awan. Selain itu anda akan disuguhi pemandangan kebun teh yang juga tak kalah bagusnya.

Transportasi

Sekarang saya mau share transportasi ke Cikuray dari daerah Tasikmalaya dan sekitarnya. Kalau dari Tasik sebenarnya sangat simple. Kita hanya harus naik angkutan umun satu kali yaitu ELP atau mini bus. Pertama-tama anda naik ELF dari bunderan Singaparna, kalo dulu ongkosnya sekitar Rp. 25.000. Setelah itu turun di Cilawu. Kalo sudah disana ada 2 pilihan, mau naek ojek atau jalan kaki menuju Pos Pamancar. Tapi saran saya mending naek ojek ke Pos Pamancar, harganya sekitar Rp. 30.000 per orang dalam waktu tempuh sekitar 40 menit. Kalau jalan kaki lumayan juga, waktu tempuhnya sekitar 2-3 jam. Untuk trek jalan dari jalan raya menuju stasiun pemancar TV, dapat dilalui dari Desa Babakan Loak – Desa Cisumur – Desa Mekarsari – stasiun pemancar TV. Keadaan jalan untuk menuju stasiun pemancar cukup lebar di mana dapat dilalui mobil namun jalan tersebut hanya tesusun dari bebatuan.
Atau kalau anda mau anda bisa ikuti cara saya, pake motor dari Tasik menuju Cikuray. Jalur yang anda lalui adalah jalur Tasimalaya (Singaparna)- Garut dan berhenti di Cilawu. Waktu tempuhnya sekitar 3 jam untuk sampai di Pos Pamancar.

Jalur Pendakian Cilawu 


Dari stasiun pemancar, memulai pendakian melalui kebun teh dengan punggungan yang terlihat jelas, dari sana juga dapat terlihat bentuk punggungan yang akan didaki hingga menuju puncak Gunung Cikuray jika cuaca cerah tanpa kabut. Perjalanan melewati kebun teh hanya singkat, sekitar 30 menit dengan keadaan jalur yang gersang dan berdebu. Setelah itu baru memasuki hutan yang teduh. Di luar musim hujan, kondisi tanah masih terlihat gersang dan berdebu bila ditapaki.



 Pos 1 dapat dicapai dari stasiun pemancar TV dengan waktu tempuh sekitar 50 menit. Kemudian ditambah sekitar 50 menit lagi untuk menuju Pos 2. Waktu tempuh Pos 2 ke Pos 3 adalah 1,5 kali lebih lama dibanding waktu tempuh dari Pos 1 ke Pos 2. Karena medannya yang curam, dengan kontur yang rapat, Pos 1, Pos 2, dan Pos 3 hanya mampu menampung satu sampai dua tenda. Sementara di Pos 4 terdapat tempat yang lebih luas yang dapat menampung sampai tiga tenda.

            Sebelum memulai pendakian, sebaiknya mengisi perbekalan air di stasiun pemancar TV. Dalam musim kemarau panjang, pendaki tidak dapat mengisi perbekalan air di stasiun pemancar karena para pekerja di stasiun pemancar tersebut juga harus bolak–balik ke desa untuk mengisi ulang air yang mereka butuhkan. Maka untuk lebih pastinya, sebaiknya diisi sebelum menuju stasiun pemancar, tepatnya di desa terakhir : Desa Cisumur atau Cikoneng di Desa Dayeuh Manggung, Kecamatan Cilawu.

Pos 4 Perjalanan dilanjutkan terus mendaki dari Pos 4 menuju Pos membutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan kemiringan yan lebih terjal seperti Pos 3 menuju Pos 4 yang kemudian dapat dilanjutkan ke Pos Puncak Bayangan yang memiliki lahan yang lebih luas dari lima pos sebelumnya dan dengan keadaan lebih datar tanpa adanya semak belukar.

Perjalanan setelah Pos Puncak Bayangan dapat dilakukan menuju Pos yang luasnya hampir sama dengan pos puncak bayangan yang mampu menampung sekitar 3 sampai 4 tenda. Dari Pos 6 ini pepohonan tinggi sudah tidak terlalu rapat namun masih dapat menghalangi hantaman angin langsung dan sudah sangat dekat dengan Puncak Gunung Cikuray. Pos 6 ini dapat menjadi tempat yang paling santai untuk menunggu momen matahari terbit atau tenggelam. Hanya tinggal menanjak ke puncak kurang dari 15 menit dengan membawa perbekalan secukupnya, lalu balik lagi ke Pos 6 sekitar 10 menit.
Puncak Gunung Cikuray dengan menampilkan panorama kota dan pegunungan di wilayah Garut. Di sebelah barat tampak berjajar pegunungan sampai ke arah utara, mulai dari Gunung Papandayan sampai Gunung Guntur.

Di puncak Gunung Cikuray terdapat bangunan berupa pos seluas 2.5 x 2.5 meter. Jadi hanya mampu menampung 1 tenda. Menempati pos di puncak ini merupakan pilihan yang beresiko, apalagi di saat musim hujan. Selain karena kondisi puncak yang gersang dan tidak dikelilingi pepohonan, pos tersebut biasa menjadi incaran para pendaki yang langsung menuju puncak untuk mendirikan tenda.



Oke sekian dulu ya, silakan mencoba dan menikmati perjalananya.





Related Posts:

Kenapa Mendaki???



 Seharusnya Kalian Tahu Esensi dari Mendaki Itu Seperti Apa!!!

Mendaki gunung bukanlah hal aneh. Mungkin bagi orang lain, kegiatan mendaki gunung selalu mengundang pertayaan klise: mau apa sih kesana ? ga ada kerjaan lain? pertanyaan sederhana, tetapi sering membuat bingung, atau bahkan membuat kesal. Beragam jawaban boleh muncul. Soe hok Gie, salah seorang pendiri Mapala UI, menulisnya dalam sebuah puisi: “Aku cinta Pangrango, karena aku mencintai keberanian hidup.”
Motivasi mendaki gunung memang bermacam-macam. Manusia mempunyai kebutuhan psikologis seperti halnya kebutuhan-kebutuhan lainnya: kebutuhan akan pengalaman baru, kebutuhan untuk berprestasi, dan kebutuhan untuk diakuai oleh masyarakat dan bangsanya. Mendaki gunung adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut disadari atau tidak. Semua ini sah tentu saja.
Sebenarnya yang paling mendasar dari semua motivasi itu adalah rasa ingin tahu yang menjadi jiwa setiap manusia. Anak kecil selalu mengungkapkan rasa ingin tahu mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang sering membingungkan orang tuanya. Mereka lebih peka terhadap alam sekitarnya. Mereka jauh lebih mampu mendalami alam disekitarnya daripada orang dewasa. Kontak dengan alam merupakan proses belajar yang baik baginya. Ketika mereka dewasa, kepolosan itu menghilang dan alam tidak begitu menarik lagi di dunia modern seperti sekarang. Kepolosan itulah yang mungkin kembali pada setiap pencinta alam, petualang, dan ilmuwan.
Rasa ingin tahu adalah dasar untuk mendaki gunung dan petualangan lainnya. Keingintahuan itu setara dengan rasa ingin tahu seorang bocah, dan inilah yang mendorong keberanian dan ketabahan untuk menghadapi tantangan alam. Satu hal yang terus tertanam adalah teruslah berjalan raih puncak tertinggi, tuk menjadi pejuang sejati. Kata Mahatva begitu lekat dalam hati yang memiliki arti ”pejuang sejati”. Dalam berjalan, Ku temukan suatu rasa yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan takjub kan keindahan yang telah diberikan kepadaNya. Lelah ketika perjalanan dan penat menghadapi situasi kampus yang membosankan sirna sudah ketika harus mendaki meninggalkan hiruk pikuk permasalahan.
Dalam mendaki kita perlu mengetahui ilmu-ilmu mengenai kegiatan alam terbuka. Khususnya management perjalanan, di organisasi inilah kami dibimbing untuk dapat memenage diri ketika berada di alam terbuka. Satu kata dalam berkegiatan di alam terbuka adalah “alam tak kenal kata kompromi”, di saat lengah dan takut alam dapat membunuh seorang petualang atau pendaki. Tapi disinilah Ku temukan seni dalam mendaki gunung. Keberanian dan ketabahan yang dibutuhkan ketika mendaki gunung hanya sebagian kecil dari hidup kita. Bahaya yang mengancam jauh lebih banyak ada di dunia perkotaan ketimbang di gunung, hutan, di dalam gua, atau dimana saja di alam terbuka. Bayangkan! mobil-mobil yang berseliweran kencang di jalan-jalan raya dan selalu siap mencabut nyawa kita, Bayangkanlah! aksi-aksi kriminal yang mengancam di kota-kota. Di dunia peradaban modern, begitu banyak masalah yang membutuhkan keberanian dan ketabahan untuk menyelesaikannya.
Seorang psikolog pernah mengatakan, bahwa mereka yang menggemari petualang di alam bebas adalah orang-orang yang mencintai kematian, amor fati. Ini adalah pendapat yang sangat keliru, kenapa? karena mereka sebenarnya begitu menghargai kehidupan ini. Ada keinginan untuk memberi arti yang lebih bernilai dalam hidup. Mereka bertualang di alam bebas untuk mencari arti hidup sebenarnya. Tak berlebihan bila seoarng ahli filsafat mengatakan: “Di dalam hutan dan alam bebas aku merasa menjadi manusia kembali.”
SALAM LESTARI PARA PECANDU KETINGGIAN

Related Posts: